Tugas Akhir Program (TAP) adalah tugas yang harus dikedakan mahasiswa program sarjana ( S1 ) yang sudah memenuhi persyaratan baik administrasi maupun akademik. TAP merupakan serangkaian tugas berbentuk permasalahan, kasus-kasus, atau pertanyaan yang diangkat dari masalah nyata pembelajaran bidang studi / bidang pengembangan yang harus dipecahkan oleh guru. Tugas-tugas tersebut dimaksudkan untuk melatih, sekaligus menguji mahasiswa agar dapat berpikir komprehensif bcrdasarkan teori dan praktek yang telah diikuti selama mencmpuh program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
TAP bertujuan untuk mengukur penguasaan kompetensi akhir mahasiswa, melalui ujian yang menuntut mahasiswa mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperolehnya dari berbagai mata kuliah datam memecahkan masalah-masalah pembelajaran secara komprehensif. Soal TAP berbentuk uraian yang dikemas dalam kasus pembelajaran/kegiatan pengembangan dan dilengkapi dengan serangkaian pertanyaan. Kasus merupakan peristiwa yang khas dan nyata yang terjadi dalum konteks pembelajaran/kegiatan pengembangan di kelas. Kasus yang ditulis mencakup unsur-unsur : paparan peristiwa, masalah yang menjadi fokus, dan informasi yang terkait dengan masalah.
Kunci untuk menjawab soal TAP:
1. Penguasaan Bidang Ilmu
Kuasai meteri SD untuk 5 mapel (IPA, IPS, BI, Mat, PKn) mulai dari kelas 3 sampai kelas 6.
2. Pemahaman Peserta Didik
Pahami siapa yang menjadi audience, pahami psikologi belajar untuk siswa SD.
3. Pembelajaran yang mendidik.
Anda harus menguasai kompetensi yang harus dimilik guru, kuasai 8 kompetensi mengajar, yaitu:
a. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan bahasa verbal untuk meminta respon siswa baik berupa pengetahuan, pendapat, atau pun sekedar mengembalikan konsentrasi siswa yang terdestruc oleh berbagai kondisi selama KBM berlangsung. Dalam proses belajar mengajar, “Bertanya” memainkan peranan penting sebab “Bertanya” dapat menjadi stimulus yang efektif untuk mendorong kemampuan berpikir siswa. Tujuan guru mengajukan pertanyaan antara lain adalah :
- Menimbulkan rasa ingin tahu
- Merangsang fungsi berpikir
- Mengembangkan keterampilan berpikir
- Memfokuskan perhatian siswa
- Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
- Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya
1. Identifikasi masalah
2. Analisis masalah
3. Alternatif pemecahan masalah
4. Rumusan masalah
5. Tujuan perbaikan pembelajaran
6. Rencana Perbaikan Pembelajaran:
- Kegiatan awal
- Kegiatan inti, dan
- Kegiatan akhir
7. Alasan mengapa anda memilih alternatif pembelajaran seperti itu (didukung teoritik)
PENGUASAAN BIDANG ILMU
Model pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik ilmu yang diajarkan serta teori belajar yang mendasarinya:
a). Mata Pelajaran IPA
Menurut Carin Arthur, IPA (sains) itu terdiri dari tiga komponen, yaitu produk IPA (konsep, prinsip, teori, dan hukum). Proses IPA (merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuan untuk menentukan produk IPA). dan sikap ilmiah, yaitu sikap yang harus dimiliki seorang ilmuan(jujur, terbuka, tidak putus asa, ulet).
Implementasinya dalam pembelajaran, guru jangan hanya membelajarkan materi IPA, tetapi juga harus mampu mengajak siswa berproses. Siswa belajar seperti halnya para ahli belajar dan bekerja dalam menemukan produk IPA tersebut. Pendekatan andalan untuk Pembelajaran IPA adalah pendekatan keterampilan proses dengan metode inquiri, discoveri, demonstrasi, eksperimen, pemecahan masalah, dll.
b). Materi Pelajaran Matematika
Menurut Zolton P. Dienes, matematika pada dasarnya merupakan studi tentang pemisahan-pemisahan hubungan diantara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan diantara struktur-struktur. Karena itu dalam proses pembelajaran di SD harus disajikan dalam bentuk yang konkret. Ini mengandung arti, konsep, hukum, teori, mudah dipahami dengan baik kalau guru mampu memanipulasi konsep, hukum, atau teori tersebut melalui suatu benda-benda atau obyek-obyek nyata.
Pendekata unggulan untuk pembelajaran matematika adalah pendekatan proses dan pembuktian dengan metode demonstrasi, pemecahan masalah, inquiri, penugasan, dll.
c). Mata Pelajaran IPS/PKn
Menurut Balen, IPS/PKn merupakan bidang studi yang membekali siswa untuk mampu mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral. Peran guru dalam pembelajaran ini mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama yang diproses adalah keterampilan berfikir, sosial, dan praktis. Keterampilan berfikir dikembangkan untuk melatih siswa berfikir logis dan sistematis melalui proses pembelajaran dengan model pengembangan berfikir kritis. Keterampilan sosial dan praktis melalui model dialog kreatif. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi pembelajaran yang interaktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, melalui penggunaan lingkungan sebagai sumber dan media pembelajran.
Pendekatan unggulan untuk pembelajaran ini adalah pendekatan lingkungan dengan metode inquiri, pemecahan masalah, karya wisata, bermain peran, penugasan, dll.
Model pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik siswa SD:
Menurut Robert J Havighurt, anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, bergerak, belajar dan bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan atau melaksanakan atau meragakan sesuatu secara langsung.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak belajar atau bekerja dalam kelompok, dan anak terlibat langsung dalam pembelajaran dan penemuan informasi.
Model pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SD:
Menurut Jean Piaget, anak usia SD (7-11 tahun) berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini yang dapat dipikirkan oleh anak hanya terbatas pada benda-benda konkret yang dapat diraba dan dilihat. Benda yang tidak tampak pada kenyataannya masih sulit diperkirakan oleh anak-anak.
Kohlber dan Siligan yang paling utama menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar pada anak SD karena adanya upaya mengajarkan materi abstrak kepada anak-anak yang berada pada masa operasional konkret.
Kedua pendapat diatas memberikan rambu-rambu bahwa guru harus mampu mengeksploitasi sumber daya dan sumber belajar yang ada untuk dijadikan media belajar dan media pembelajaran. Karena anak pada usia ini akan mdah memahami pembelajaran jika disajikan dengan obyek-obyek konkret dan anak terlibat langsung dalam pembelajaran dan penemuan informasi.