Kuntulwilaten

Prabu Jumanten, raja dari negara Gendhingkapitu, menerima kedatangan Sri Kresna, prabu Tudhistira, arya Wrekudara, dan para Pandhawa, di samping putra Prabu Jumanten : Janget Kekenceng, Gagak Bongkol, Dandang Winangsi. Berkatalah sri Kresna, “Prabu Jumanten, perkenankanlah kami atas nama Prabu Yudhistira melamar putra putri parbu Dewi Kuntulwilaten. Tak lain hanya dengan sarana inilah, praja Amarta kembali sejahtera.” Prabu Jumanten menerima lamaran tersebut, akan tetapi terlaksananya harus melalui peperangan sayembara dahulu. Untuk itu, arya Wrekudara dipilih untuk bertanding dengan putra-putra prabu Jumanten, semua putra prabu Jumanten dapat dikalahkan oleh arya Sena.

Dewi Kuntulwilaten akhirnya dikimpoikan dengan prabu Puntadewa, dan pada suatu ketika, berkatalah Dewi Kuntulwilaten kepadanya ” Berita yang kudengar kakanda mempunyai darah yang berwarna putih, untuk itu perkenankanlah dinda memilikinya”, hal tersebut diajukan oleh Dewi Kuntulwilaten sebagai syarat mutlak sebelum dipergaulinya oleh sang prabu Puntadewa. Segera sang prabu membuka, memperlihatkan badannya, sang Dewi menarik kerisnya, dan segera dihujamkan ke anggota badan sang prabu Puntadewa, darah putih mengalir keluar. Dewi Kuntulwilaten memohon untuk bersatu dengan prabu Puntadewa.

Terdengarlah laporan, Gendhingkapitu didatangi musuh, arya Wrekudara, dan segenap prajurit Gendhingkapitu melawan musuh. Prabu Lembusura dapat dibinasakan oleh arya Sena, sisa prajurit Guwabarang pun tak ada yang ketinggalan, semuanya dapat ditundukkan. Sri Kresna, meminta diri kepada prabu Jumanten, dan berangkatlah diiringi oleh para Pandhawa ke Amarta.

Previous
Next Post »